Oleh: Esther Susabda, Ph.D.
Saya seorang ibu dari lima orang anak (usia mereka 17th-laki, 15th-perempuan, 14th-perempuan, 12th-laki, dan 11th-laki) yang sehat-sehat dan cukup berhasil dalam studi mereka. Hubungan saya dengan mereka juga cukup baik, kecuali dengan anak kedua, ia sulit bergaul, pendiam, dan selalu menuntut. Sejak kecil ia memang penjengkelkan, sulit diatur, keras kepala, rewel dan selalu ingin mendapatkan perhatian khusus. Ibu saya mengatakan bahwa anak ini sifatnya mirip dengan saya sewaktu kecil. Yang ingin saya tanyakan, mengapa justru kepada anak ini saya ada perasaan "tidak suka atau sulit mengasihi"?
Jawab:
Memang tidak mudah untuk memahami mengapa anak ke-2 anda mempunyai sifat yang kurang lovable, apabila kelihatannya anda melahirkan dengan jangka waktu yang cukup berdekatan. Tidak mustahil bahwa anak anda merasa "neglected" (terabaikan), karena pada saat-saat dia membutuhkan perasaan, sebagai "obyek yang istimewa," pikiran anda sudah penuh dengan kehadiran kakak dan kemudian adik-adik yang baru. Sehingga seperti yang Adler katakan bahwa anak ini "grow up incapable of developing strong interpersonal relationship, or simply unable to return Affection" (J.M.Burger., 1990, Personality, Wadsworh Pub.Co.)-ia tumbuh dengan ketidakmampuan mengembangkan hubungan antar pribadi dengan sesama dan tidak mampu mengembalikan kasih yang ia terima.
Saya juga bisa memahami perasaan dan cara berpikir anda yang lebih mudah mencintai obyek yang memberikan respon yang positif atas kasih dan perhatian anda. Apalagi menurut ibu anda, ia mempunyai sifat yang agak mirip dengan anda. Setiap anak memang dilahirkan dengan keunikan masing-masing. Kebutuhan anak ini memproyeksikan beberapa sifat anda yang tentunya anda sendiri kurang sukai. Mungkin watak, sikap, tingkah laku dan kata-katanya yang lebih banyak menjengkelkan dan membuat anda berang. Nah, bisa dibayangkan kalau interaksi anda terus menerus seperti ini, terbentuklah suatu sistim "Kebiasaan" yaitu setiap kali anda berkomunikasi selalu berakhir dengan konflik, dan saling melukai. Sistem buruk yang menjebak inilah yang seringkali menjadi prejudice (prasangka negatif) sehingga anda lebih sulit untuk menerimanya dibandingkan dengan anak-anak anda yang lain. Padahal itu tercipta oleh karena setiap kali anda berhadapan dengan anak ini anda tanpa sadar melihat beberapa gambaran dari diri anda sendiri yang anda tidak sukai. Oleh karena itu yang anda perlukan mungkin:
Pakailah kesempatan-kesempatan yang Allah sediakan (mungkin pada saat keduanya rileks dan happy) untuk berani terbuka dan saling minta maaf. Bagikan pergumulan bathin anda yang ingin menyenangkan hati Tuhan, dan mengasihi anak tersebut dengan kasih yang dapat dinikmati olehnya.
Kalau ia memberikan respon yang positif, ajaklah dia berdoa supaya dia dan anda bisa bersama-sama saling mendoakan dengan kata-kata dan suara yang dapat saling didengar.