Oleh: Esther Susabda, Ph.D.
Saya seorang wanita (38 tahun) dengan tiga anak, usia 10 -- 14 tahun, karier yang sudah mapan, kedudukan lumayan, dan sering kali tugas keluar kota bahkan keluar negeri. Walaupun sibuk, namun kalau tidak keluar kota, saya selalu berusaha pulang sebelum jam 7 malam. Suami saya sejak tahun lalu sering kali terlambat pulang, alasannya macam-macam. Kemudian suatu hari (bulan lalu), saya dikejutkan oleh telepon dari seorang wanita muda yang mengatakan bahwa ia simpanan suami saya. "Shock", marah, benci, dendam yang saya rasakan; apalagi ketika saya tanyakan kepada suami dan itu benar (walaupun mulanya ia tidak mengaku), ia berjanji tidak akan melakukannya lagi. Sebulan ini saya sulit tidur, dada rasanya sesak, kadang-kadang panas berkobar-kobar, kemudian mendadak berdebar-debar tidak bisa dikontrol dan mau mati saja. Ingin rasanya marah kepada Tuhan dan siapa saja termasuk diri sendiri. Apa yang harus saya lakukan?
Jawab:
Betapa pedihnya pengalaman Ibu. Tentu perasaan yang sedang berkecamuk sekarang ini adalah antara marah besar, benci karena merasa dikhianati, ditolak, bahkan sampai menyempitkan dada Anda sehingga mau pecah rasanya. Keadaan stres yang terus-menerus tanpa ada jalan keluar yang konkret sebenarnya melelahkan tubuh Anda dan melemahkan sistem pertahanan tubuh sehingga akibatnya Anda sulit tidur, berdebar-debar, pusing, dan tidak memunyai gairah hidup.
Sebenarnya malapetaka perkawinan Anda tidak datang mendadak, melainkan secara perlahan-lahan. Anda sudah mulai curiga setahun lalu pada saat suami sering pulang terlambat, tapi Anda sibuk dan lengah sehingga ketika berita itu datang, Anda merasa terkejut dan "shock" berat. Memang peristiwa buruk itu sudah terjadi dan tidak mungkin untuk dihapuskan begitu saja, tapi paling tidak ada hal-hal yang masih bisa Anda benahi untuk masa depan.
1. Di saat-saat seperti ini, sebenarnya apa yang dapat Anda pelajari? Apakah Anda merasa ada andil dalam hal ini? Mungkin karena kesibukan kalian berdua, kebutuhan primer masing-masing tidak terpenuhi sehingga Anda melampiaskannya dalam pekerjaan dan suami mencari wanita lain yang bisa memuaskannya.
2. Apakah pernikahan Anda selama ini memang bisa dinikmati? Kalau belum, mungkin Anda perlu mencari konselor untuk menolong Anda mencari sebab mengapa pertumbuhan tidak terjadi atau terhambat sehingga perbaikan dalam pernikahan Anda juga bisa dimulai.
3. Suami Anda yang sedang terjerumus dalam dosa membutuhkan uluran tangan dan pengertian Anda untuk bisa kembali menjadi kepala keluarga. Mungkin Anda memang belum siap untuk memaafkan secara keseluruhan, tetapi cobalah minta pertolongan Roh Kudus dan kebijaksanaan surgawi untuk menuntun langkah-langkah kehidupan Anda dari hari ke hari. Jangan sampai api kebencian justru menghanguskan diri Anda sendiri sehingga Anda menjadi pemberang dan suami justru tidak betah di rumah.
Kiranya Tuhan memberkati.