Oleh: Esther Susabda, Ph.D.
Saya sedang hamil 5 bulan, masih bekerja dan ragu-ragu bagaimana saya bisa mendidik anak dengan baik nanti. Saya merasa betapa sulitnya membesarkan anak. Saya dan suami punya keinginan mendidik dan membesarkan anak dalam takut akan Tuhan, karena yang saya lihat akhir-akhir ini kekerasan/aggresivitas tampaknya juga sudah dimulai pada masa kanak-kanak. Satu pihak saya ingin anak saya bisa survive dalam hidup dan mempunyai kepribadian tangguh, tapi dipihak lain saya juga kuatir kalau saya tidak mampu, bagaimana ? Apakah memang pola asuh mempengaruhi pembentukan kepribadian anak yang aggressive, Bu ?
Jawab:
Saya bersyukur anda sudah mulai memikirkan dengan serius bagaimana membesarkan anak sebelum anak itu lahir, ini suatu persiapan yang baik. Memang tidak mudah dan tidak ada resep yang berlaku untuk semua orang, tapi paling tidak ada beberapa guidelines yang anda bisa cermati.
1. Setiap anak lahir dengan keunikan yang Tuhan beri, sehingga kita juga harus memperlakukan mereka secara berbeda pula. Mengapa Tini memukul dan menggigit temannya waktu ia tidak dapat menyelesaikan puzzle? Mengapa Ari bisa asyik mengerjakannya sampai selesai? Sedangkan Ita baru mencoba sebentar lalu pergi ? apa yang menyebabkan anak mempunyai sikap yang berbeda-beda ?
Setiap anak lahir dengan berbagai macam kemampuan intelek dan kecenderungan untuk mempunyai temperamen tertentu. Sikap dan temperamen anak memang sangat banyak dipengaruhi dan ditentukan oleh bagaimana orangtua mendidik. Bila seorang anak dibesarkan dalam pola asuh yang otoriter/orangtua berkuasa maka anak biasanya tumbuh dengan pukulan, ancaman, atau pengurangan kesempatan dan merupakan peluang untuk menghasilkan anak-anak dengan sikap yang aggressive. Pihak lain, anak yang dibesarkan dalam keluarga dimana disiplin, respek dan dignity/harga diri anak dihargai, justru anak tumbuh dengan kesadaran hati nurani yang baik dan mempunyai modal untuk bekerja keras dan menghargai orang lain. Hal ini sesuai dengan hasil riset longitudinal dari Columbia University terhadap 2000 anak dan orangtua mereka selama 10 tahun. Anak-anak yang seringkali dihukum dan tidak mendapatkan perhatian dan kasih sayang seringkali menghasilkan kaum muda yang cenderung suka berkelahi, berani melawan orangtua dan menjadi kriminal.
Apa yang menyebabkan anak berkelahi, memukul, merusak dan menunjukkan tingkah laku yang aggressive? Kramer (1973) menunjukkan bahwa tingkah laku dan sikap orangtua seringkali mendorong anak untuk melakukan tingkah laku yang sama. Sedangkan pengaruh TV ternyata juga besar dalam memberikan andil dalam sikap brutal seorang anak (Singer, 1979; Libert & Sprafkin, 1988). Data-data riset memperlihatkan bahwa memang ada hubungan antara sikap orangtua dalam membesarkan anak dan aspek-aspek lingkungan anak. Mereka yang dibesarkan oleh orangtua yang tidak memonitor anak dalam menonton TV ternyata mendorong anak-anak lebih aggressive, karena mereka seringkali melihat pahlawan-pahlawan yang menjadi idolapun melakukan hal-hal yang seharusnya dilarang.
2. Setiap anak selalu melalui masa-masa transisi dari bayi, anak, remaja, sebelum menjadi dewasa dan dapat memikul tanggung-jawab. Dalam masa transisi, ada yang bisa dilalui dengan mudah ada yang sulit. Ada masa-masa dimana mereka malas, egois, menjengkelkan dan tidak mempedulikan anda sebagai orangtua. Sehingga kalaupun anda memberikan pendidikan dan disiplin hasilnya tidak akan secara langsung dapat dirasakan, karena anak bukan robot-robot kecil yang bisa diatur dan dimanfaatkan seperti yang anda kehendaki. Kebijaksanaan anda sebagai orangtua, dan pimpinan dari Tuhan sangat dibutuhkan dalam setiap phase, sehingga anda tidak perlu terlalu kuatir, karena anugerah Tuhan selalu cukup.