Oleh: Esther Susabda, Ph.D.
Saya seorang janda (35 th) dengan 2 anak (8 th dan 6 th). Suami saya meninggal mendadak 3 tahun lalu. Setelah jatuh bangun dalam dua tahun pertama sejak ditinggal suami, saya mulai bangkit dan bekerja lagi sekarang. Akhir-akhir ini saya selalu panik dan menghindar jika ada pria yang mendekati saya dan ingin berkenalan lebih lanjut. Padahal secara jujur saya membutuhkan suami. Apakah hal ini wajar, Bu ?
Apa yang Anda alami dan reaksi emosi yang muncul pada saat ada pria yang (tentunya yang Anda sukai) mendekati adalah hal yang wajar. Disamping itu juga merupakan tanda bahwa jiwa Anda sehat, sadar akan apa yang terjadi dalam diri termasuk jujur terhadap apa yang Anda inginkan. Namun pada saat yang sama yang terjadi adalah:
1. Walau Anda tahu kebutuhan Anda akan seorang suami, namun perasaan Anda belum sepenuhnya dapat menyesuaikan diri dengan keinginan tersebut. Mungkin Anda takut orang-orang disekitar Anda akan membicarakan mengenai hal ini, atau ada unsur “tabu” dan Anda ingin “membuktikan kesetiaan” pada mendiang suami. Mungkin juga pengalaman-pengalaman Anda yang tidak terlalu positif pada pernikahan yang lalu yang membuat Anda ragu-ragu untuk menikah lagi.
2. Realita kesulitan Anda untuk membangun komunikasi yang berarti dengan pria-pria yang Anda sukai, sehingga yang mendekati bukanlah pria yang “ideal” bagi Anda.
Jadi ada beberapa saran:
1. Anda perlu melangkah lebih lanjut untuk mematangkan kejujuran Anda, supaya pengenalan Anda akan diri sendiri lebih lengkap, sehingga Anda tahu apa yang Anda benar-benar butuhkan saat ini. Apakah kebutuhan Anda memang “untuk segera mendapatkan suami” atau “mulai belajar untuk berkomunikasi secara dewasa dan belajar mengembangkan sikap positif terhadap diri sendiri”. Untuk ini mungkin Anda membutuhkan bantuan konselor yang professional.
2. Anda perlu menjaga keseimbangan dalam hidup Anda, sehingga setiap hal yang menjadi tanggung jawab sebagai ibu terhadap anak-anak Anda tetap dapat dilaksanakan dengan baik. Tuhan selalu memberikan anugerah dan pertolonganNya dalam konteks pertanggung-jawaban iman ibu secara pribadi, seperti yang dikatakanNya dalam Matius 25:26.”…siapa yang merasa punya, dan menghargai apa yang ia punyai, akan diberkati oleh Tuhan..”