Sejak pacaran suami saya sudah menunjukkan sikap dingin dan seringkali sepertinya terpaksa datang memenuhi kewajiban rutin mengunjungi saya. Saat itu saya sudah ragu-ragu, tetapi karena desakan dari kedua pihak orangtua, kami akhirnya menikah juga. Setelah menikah, suami saya semakin 'sibuk' dan tidak ada waktu lagi untuk saya. Selalu saja ada alasan menghabiskan waktu senggangnya dengan teman-teman dekatnya atau berkunjung ke rumah ibunya. Ia selalu menolak untuk pergi berdua saja. Ia mengatakan bahwa saya egoistis dan selalu mau bersenang-senang. Padahal yang saya butuhkan adalah membangun intimacy atau hubungan yang lebih harmonis penuh pengertian sebagai layaknya suami-istri. Apakah yang harus saya perbuat ?
Anda menikah dengan seorang yang mungkin tidak mencintai Anda, atau suami Anda adalah satu pribadi yang mempunyai 'keunikan' yaitu 'takut pada intimacy' ('fear of intimacy').
1. Kalau sebabnya oleh karena suami tidak mencintai Anda, perlulah Anda bertanya pada diri sendiri, apakah Anda sendiri mencintai dia. Mencintai tidak sama dengan kebutuhan untuk dicintai. Banyak wanita yang merasa mencintai suaminya, padahal yang ia punya hanyalah kebutuhan untuk dicintai, dilayani, dilindungi, diberi status sosial (bersuami), dan jaminan kehidupan (uang belanja dsb). Ia tidak menghormati suaminya, tidak pernah melayani suaminya dengan sabar dan lembut dan tidak terbeban untuk benar-benar membahagiakan suaminya. Ia bahkan bosan dan merasa tertekan hidup dengan orang yang menjadi suaminya. Ia merasa 'terpaksa'dan perasaan tersebut masih terus-menerus dihidupkan dalam hidup pernikahannya. Oleh karena itu, "tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan pribadinya" (seperti yang telah disebutkan di atas) dirasakan sebagai konfirmasi sudah hilangnya rasa cinta.
Cinta itu 'self-giving', artinya orang yang mencintai, pasti merasa mempunyai sesuatu yang baik (pelayanan,kasih,pengabdian,dlsb) yang ingin diberikan demi untuk membahagiakan orang yang dicintainya. Apakah Anda memiliki hal-hal yang baik ini ? Apakah Anda sudah memberikannya pada saat yang tepat dan sesuai dengan proporsi yang dibutuhkan suami Anda ? Apakah cinta-kasih Anda 'dinikmati' oleh suami Anda ? Atau sebaliknya, suami Anda justru merasa terganggu dan tidak berterima kasih pada kebaikan Anda ? Mengapa demikian ?
2. Kalau penyebab persoalannya adalah oleh karena suami mempunyai ketakutan untuk intimacy (fear of intimacy), maka Anda perlu memeriksa diri Anda sendiri, mengapa kehadiran Anda dirasakan 'mengganggu dan menakutkan' dia. Mengapa suami menjadi seperti seekor siput yang setiap kali bertemu Anda, merasa tidak aman sehingga masuk ke dalam 'rumah'nya ?
Banyak suami yang suka bergaul dan mempunyai banyak teman di luar. Tetapi di rumah selalu pendiam dan duduk di depan TV atau menyibukkan diri dengan mengutak-atik mesin mobil. Dengan kata lain, ia mau mengatakan, "Aku lagi sibuk, jangan ganggu aku dan jangan ajak aku bicara, karena bicara dengan kamu tidak menyenangkan."
Ada kemungkinan cara Anda berkomunikasi memberikan perasaan tidak aman, menekan dan menyalahkan. Dan ini harus diperbaiki oleh istri. Tetapi seringkali juga tidak demikian. Pribadi dengan 'fear of intimacy' memang pada dirinya merasa takut dan tidak membutuhkan keintiman. Mungkin ia dibesarkan dalam keluarga dimana intimacy tidak pernah dilatih atau intimacy selalu berakhir dengan hal yang menyakitkan hatinya. Oleh karena itu setelah dewasa, ia mempunyai ketakutan akan keintiman. Setelah mempunyai istri pun, ia hanya sanggup berhubungan tanpa melibatkan pribadinya. Untuk tipe ini, saya anjurkan Anda berkonsultasi dengan seorang konselor.