Adakah saran supaya kami sebagai suami-istri, dapat berkomunikasi dengan lebih baik lagi ?
Pertanyaan ini penting sekali sebab saya percaya, komunikasi merupakan aspek yang sangat berpengaruh dalam pernikahan. Saya mengatakan berpengaruh sebab komunikasi memang mempengaruhi begitu banyak aspek dalam kehidupan berkeluarga. Komunikasi adalah sarana menyampaikan isi hati kita kepada orang lain dan sarana ini sangat mempengaruhi orang lain mengerti isi hati kita. Untuk menekankan betapa pentingnya komunikasi ini, saya akan melukiskannya dengan satu ilustrasi. Misalkan saya ingin menghadiahkan istri saya sebuah baju yang diidam-idamkannya. Namun saya bukannya memberikan hadiah itu melalui uluran tangan saya melainkan melemparkannya kepadanya. Kira-kira bagaimana tanggapan istri saya menerima hadiah tersebut ? Saya kira pasti ia tidak merasa senang bahkan dapat merasa terhina oleh pemberian saya. Dari ilustrasi ini kita dapat melihat, bahwa meskipun saya berniat memberikan suatu hadiah tapi kalau cara penyampaiannya tidak tepat, maka niat saya itu tidaklah mencapai sasarannya. Bukannya saya membuat istri bahagia, malah membuatnya marah.
Komunikasi mencakup banyak faktor dan saya tidak akan mampu menguraikannya secara menyeluruh dalam ruang ini. Namun pada dasarnya ada dua hal yang penting kita pelajari supaya kita dapat meningkatkan kualitas pernikahan kita. Pertama adalah kejelasan dalam motif atau tujuan. Dengan kata lain, penerimaan kita akan apa yang orang lain katakan sangatlah bergantung pada berapa percayanya kita pada motif atau tujuannya. Jika kita percaya bahwa istri kita memberitahu kita dengan motif yang baik, maka kita cenderung akan lebih dapat menerima perkataan itu. Sebaliknya, jika kita meragukan motifnya dan berprasangka bahwa ia bermaksud menjatuhkan kita, maka kita tidak akan dapat mendengar perkataannya dengan tepat. Jelas di sini bahwa komunikasi sangatlah dipengaruhi oleh rasa saling percaya dalam pernikahan.
Pertanyaan yang timbul sekarang adalah, bagaimanakah saya dapat membuat pasangan saya percaya bahwa saya bermaksud baik sehingga ia dapat menerima perkataan saya. Ini melibatkan banyak faktor, misalnya hubungan kita sehari-hari dengannya akan mempengaruhi rasa percayanya pada kita. Namun ada satu yang dapat kita lakukan supaya ia jelas dengan motif kita, yakni, sebelum kita mengungkapkan isi hati kita, kemukakanlah dahulu tujuan atau motif kita. Baru setelah itu, kita mengatakan apa itu yang ada dalam isi hati kita. Misalkan kita merasa kuatir sekali karena suami kita belum kembali pada waktu yang ia janjikan. Bagitu cemasnya sehingga kita merasa tegang dalam penantian itu. Akhirnya ia datang kembali, misalkan 2 jam terkambat. Begitu ia tiba, kita langsung… memarahinya, dan pernyataan pertama yang keluar dari mulut kita adalah, “Mengapa kamu tidak memberi kabar bahwa kamu akan terlambat?” Dengan kata lain, yang keluar dari mulut kita adalah tuduhan serta kemarahan, bukan kasih dan cemas karena takut kehilangan dirinya. Kita tidak memberinya kesempatan menerangkan alasan ia terlambat, melainkan langsung memarahinya karena membuat kita cemas. Sesungguhnya kita cemas karena kita takut kalau-kalau ada apa-apa yang terjadi dengannya. Seharusnya inilah tujuan kita berkomunikasi kepadanya dan seharusnya inilah yang kita sampaikan kepadanya terlebih dahulu. Jadi kita dapat memulai percakapan kita tatkala ia tiba di rumah dengan mengatalan, “Saya merasa cemas sekali karena kamu begitu terlambat pulang. Saya takut kalau-kalau ada apa-apa yang terjadi denganmu.” Saya percaya pernyataan ini akan lebih mudah didengar daripada pernyataaan semula tadi dan akan memperoleh tangapan yang jauh lebih simpatik.
Hal kedua dalam komunikasi yang penting adalah cara atau bagaimana kita menyampaikan isi hati kita. Dalam ilustrasi tadi, pernyataan yang keluar dari mulut kita adalah tuduhan, karena kita telah menuduhnya tidak bertanggung-jawab atau gagal memberi kabar akan keterlambatannya itu. Saya percaya kita semua tidak suka dituduh meskiupun dalam kasus kita memang salah. Nah, apalagi dalam kasus kita tidak salah atau tidak merasa bersalah. Sudah pasti tuduhan membuat kita ingin membela diri. Tatkala mendengar nada tuduhan, kita menjadi sibuk membela diri dan akibatnya, kita gagal mendengarkan perkataan pasangan kita. Jadi dalam penyampaian penting sekali kita menghilangkan nada tuduhan. Biasanya nada tuduhan diawali dengan, ”Kamu …”. Sebaliknya, nada bukan tuduhan diawali dengan, “Saya merasa …”. Sebagaimana dilukiskan dalam contoh tadi, kita berkata banwa kita merasa cemas dan kita pun menjelaskan alasannya, yakni kita takut kalau-kalau ada apa-apa yang terjadi dengannya. Kita tidak mengatakan bahwa kita marah karena ia tidak peduli dengan kita atau bahwa kita cemas karena ia tidak bertanggung-jawab. Jadi, mulai dengan perasaan kita pada saat itu dan fokuskan pada perbuatan yang spesifik, yang dalam kasus tadi, ia terlambat pulang bukan pada intepretasi kita, yakni ia tidak bertanggung-jawab atau tidak peduli dengan kita. Saya percaya ini akan menolongnya memberikan penjelasan kepada kita sebagaimana yang kita kehendaki.